pangeran kancil
Sabtu, 15 Februari 2014
Rabu, 18 April 2012
AQIDAH ISLAM TENTANG PARA MALAIKAT
DAFTAR ISI
KATA
PENGNTAR............................................................................................i
DAFTAR
ISI......................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN..................................................................................1
- LATAR BELAKANG MASALAH...........................................................1
- RUMUSAN MASALAH.........................................................................1
- TUJUAN.................................................................................................2
BAB
II PEMBAHASAN....................................................................................3
AQIDAH ISLAM TENTANG PARA
MALAIKAT................................3
- MALAIKAT SEBAGAI MAKHLUK ROHANI......................................4
- KODRAT DAN FUNGSI MALAIKAT...................................................5
- JIN, SETAN, DAN IBLIS BUKAN MALAIKAT....................................8
BAB
III PENUTUP...........................................................................................12
- KESIMPULAN......................................................................................12
- SARAN..................................................................................................12
DAFTAR
PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A.
LATAR BELAKANG MASALAH
Semua makhluk ciptaan Allah SWT. dapat dibagi kepada dua
macam, yaitu: makhluk yang gaib (al
ghaib) dan makhluk yang nyata
(as syahadah). Yang bisa membedakan keduanya adalah pancaindera manusia.
Segala sesuatu yang tidak bisa dijangkau oleh salah satu pancaindera manusia
digolongkan kepada al ghaib, sedangkan yang bisa dijangkau oleh salah satu
pancaindera manusia digolongkan kepada as syahadah.
Untuk mengetahui dan mengimani wujud makhluk gaib
tersebut, seseorang dapat menempuh dua cara. Pertama, melalui berita atau informasi yang diberikan oleh sumber
tertentu (bil-Akhbar). Kedua,
melalui bukti bukti nyata yang menunjukkan makhluk gaib itu ada (bil atsar).
Salah satu makhluk gaib Allah adalah malaikat. Allah menciptakan
mahkluk-makhluk untuk menjalankan alam semesta ini. Di antara makhluk-makhluk
Allah, ada yang diciptakan nyata (yaitu meliputi seluruh zat dan energi fisik,
termasuk makhluk-makhluk biologis), dan ada yang diciptakan ghaib . Hukum fisik
real berlaku untuk mahkhuk nyata, dan hukum ghaib berlaku untuk makhluk ghaib.
Tidak banyak yang dapat diketahui manusia tentang keghaiban, kecuali yang
diinformasikan Allah melalui Rasul dan kitab-Nya.
B.
RUMUSAN MASALAH
Menjelaskan
malaikat sebagai makhluk rohani.
Menjelaskan
kodrat dan fungsi malaikat.
Menjelaskan jin,
setan, dan iblis bukan malaikat.
C.
TUJUAN
Semoga setelah membaca dan merenungkan aqidah Islam tentang para
malaikat, iman kita menjadi bertambah dan supaya lebih tertanam dalam hati
kita, bahwa manusia tidak akan dibiarkan saja tanpa pertanggungjawaban, karena
ada malaikat yang selalu mencatat amal perbuatan kita yang kelak kita akan
ditanyai tentangnya.
BAB II
PEMBAHASAN
AQIDAH ISLAM
TENTANG PARA MALAIKAT
Orang
yang beriman kepada malaikat akan semakin merasakan keagungan Allah dan
merasakan rahmat-Nya. Sebab Allah telah mengamanahkan kepada para malaikat itu
untuk mendo’akan orang-orang mukmin dan memintakan ampun untuknya.
Penjagaan
diri seseorang dari kemaksiatan juga akan semakin ketat manakala teringat bahwa
para malaikat itu ada yang bertugas mencatat dan membukukan setiap apa yang
diucapkan dan apa yang dikerjakan. Akan muncul pula sifat kepahlawanan dan
keberanian untuk berjihad ketiika ia tahu bahwa di antara para malaikat itu ada
yang bertugas memperkuat barisan mujahidin dengan perintah Allah SWT. Ia akan
akan giat beramal agar bisa masuk surga dan mendapatkan salam sejahtera dari
para malaikat. Sebaliknya ia akan menjauhi hal-hal yang menyebabkan masuk
neraka agar tidak tergolong orang-orang yang dijelek-jelekkan oleh para
malaikat itu.
Nilai
dan buah dari iman kepada para malaikat secara global adalah, berusaha
menyerupai mereka dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi kemaksiatan
(kedurhakaan) serta menguatkan sisi kemalaikatan dalam diri manusia. Maka untuk meyakini dan mengimani keberadaan
malaikat bisa ditempuh dengan dua cara.
Pertama, melalui berita (akhbar) yang disampaikan oleh
firman Allah dalam Al-Qur‘an maupun sabda Rasulullah SAW dalam Hadits. Banyak
sekali ayat-ayat Al-Qur‘an dan hadits yang menjelaskan perihal malaikat. Karena
kita mengimani kebenaran sumber (Al-Qur‘an dan Hadits), maka berita tentang
malaikat pun kita imani adanya.
Kedua, kita dapat mengetahui dan mengimani wujud
malaikat melalui bukti-bukti nyata yang ada di alam semesta yang menunjukkan
bahwa malaikat itu benar-benar ada. Misalnya, Malaikat Maut yang bertugas
mencabut nyawa manusia, dapat dibuktikan secara nyata dengan adanya peristiwa
kematian manusia. Demikian pula dengan keberadaan Malaikat Jibril, bisa dibuktikan
secara nyata dengan adanya Al-Qur‘an yang disampaikannya kepada Nabi Muhammad
SAW.
A.
MALAIKAT SEBAGAI MAKHLUK ROHANI
Iman
kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua setelah beriman kepada Allah
SWT. hal ini dimaksudkan agar manusia memiliki keyakinan bahwa Allah SWT.
mempunyai mahluk yang senantiasa patuh dan tidak pernah durhaka kepada-Nya,
yakni malaikat, yang memiliki tugas pokok bertasbih kepada Allah SWT. Malaikat
termasuk salah satu jenis mahluk yang gaib yaitu mahluk yang keberadaannya
tidak dapat dibuktikan oleh panca indera manusia. Segala sesuatu yang bersifat
gaib hanya boleh dipercaya bila bersumber dari Al Qur’an atau Hadis Nabi SAW.
Menurut bahasa, kata “Malaikat” merupakan kata jamak yang
berasal dari Arab malak (ملك) yang berarti kekuatan, yang berasal dari kata
mashdar “al-alukah” yang berarti risalah atau misi, kemudian sang pembawa misi
biasanya disebut dengan Ar-Rasul. Malaikat adalah makhluk Allah yang taat, diciptakan dari cahaya,
mempunyai tugas khusus dari Allah SWT.
Malaikat menurut istilah
malaikat merupakan makhluk rohaniah yang bersifat gaib, diciptakan
dari Nur (cahaya). Karena sifatnya gaib, malaikat tidak dapat didengar, dilihat
atau diraba, namun, mereka diberi kekuasaan oleh Allah untuk dapat menjelma
dalam bentuk lainnya yang dapat dilihat manusia.
Adanya malaikat adalah pasti dan
disebutkan dalam Al-Qur’an. Barang siapa mengingkari sesuatu yang diberitakan
oleh Al-Qur’an mengenai mereka, maka ia telah kafir. Di antara berita dan sifat
mereka yang disebutkan oleh Al-Qur’an adalah sebagai berikut :
1.
Mereka (para malaikat) diciptakan
sebelum manusia. Allah memberitakan kepada kita tentang malaikat itu bahwa
ketika Allah hendak cipatkan manusia.
2.
Mereka diciptakan untuk taat secara
murni. Mereka juga tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan itu.
3.
Tatkala Allah telah selesai
mencipta Adam, kemudian Dia mengajarkannya nama-nama[1] dan
menguji para malaikat dengan menanyakan nama-nama itu. Para malaikat tidak
dapat mengetahuinya sehingga Adam mengajarkan kepada mereka.
4.
Mereka sekali waktu menampakkan
diri dari bentuk aslinya dan kadang pula dengan bentuk Bani Adam (manusia).
5.
Tempat persemayaman mereka adalah
di langit. Mereka turun menuju bumi[2]
dengan perintah Allah SWT.
6.
Mereka berkelas-kelas dan memiliki
derajat masing-masing dalam hal asal penciptaan maupun kedudukan ubudiyahnya.
Allah menjadikan mereka sebagai utusan-utusan (untuk mengurus berbagai macam
urusan). Mereka mempunyai sayap, masing-masing ada yang dua, tiga, dan empat.
Allah menambahkan pada ciptaan-Nya apa yang dikehendakinya-Nya.
7.
Di antara pekerjaan (tugas) mereka
yang diberitakan oleh Al-Qur’an adalah bahwa mereka memperkuat kaum mukminin di
medan perang.
B.
KODRAT
DAN FUNGSI MALAIKAT
Kita dapat melihat bahwa Allah
menciptakan segala sesuatunya dengan derajat atau tingkat yang berbeda-beda. Allah menginginkan agar semua makhluk
dari yang paling rendah sampai ke yang paling tinggi berpartisipasi dalam
kebahagiaan yang dijanjikan oleh Allah.
Dari sisi kodrat, maka sesungguhnya malaikat mempunyai
kodrat lebih tinggi dibandingkan dengan kodrat manusia, karena malaikat
diciptakan murni spiritual sedangkan manusia diciptakan dengan kodrat yang terdiri dari tubuh yang bersifat material
dan jiwa yang
bersifat spiritual. Ketinggian sesuatu yang bersifat spiritual dapat dilihat
dari kekekalan dan kemampuan.
Dari sisi kekekalan, maka sesuatu yang kekal lebih
sempurna dibandingkan dengan sesuatu yang bersifat sementara. Dengan prinsip
ini, maka kita melihat bahwa jiwa kita lebih utama tubuh kita, karena tubuh
adalah sementara, sedangkan jiwa adalah kekal. Kalau kita terapkan pada
malaikat dan manusia dengan prinsip ini, maka kita dapat mengatakan bahwa
malaikat lebih tinggi derajatnya dari manusia, karena malaikat adalah murni
spiritual sedangkan manusia terdiri dari material (tubuh) dan spiritual (jiwa).
Dari sisi kemampuan, maka semakin sederhana (simple)
sesuatu dalam spiritual, maka tingkatannya akan semakin tinggi. Karena manusia
mempunyai jiwa dan tubuh, maka hal ini membuat manusia menjadi lebih kompleks
dibandingkan malaikat. Sebagai contoh sederhana, malaikat tidak memerlukan
organ otak untuk bertindak dengan benar. Sebaliknya, walaupun manusia mempunyai
jiwa, namun kalau organ otaknya rusak, maka dia tidak dapat bertindak dengan benar.
Fungsi dan macam-macam malaikat
yaitu sebagai berikut :
v Malaikat Jibril, disebut juga Ruhul Qudus atau Ruhul
Amin. Ia merupakan penghulu para malaikat. Tugasnya menyampaikan wahyu dari
Allah kepada para Nabi dan Rasul sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad SAW.
Malaikat Jibril pula yang mengantar (mengawal) Nabi Muhammad SAW melakukan Isra’
Mi’raj.
v Malaikat Mikail, bertugas dan menyampaikan rezeki kepada seluruh
makhluk Allah, termasuk juga mengatur hujan, angin, dan bintang-bintang.
Disamping itu, malaikat Mikail juga mendampingi Malaikat Jibril ketika membedah
dada Nabi dan menyucikannya dengan air zam-zam. Juga mendampingi Malaikat
Jibril mengantar Nabi Muhammad SAW dalam Isra mi’raj.
v Malaikat Israfil, tugasnya adalah menipu trompet atau
sangkakala di saat manusia dibangkitkan dari kubur.
v Malaikat
Izrail, bertugas mencabut nyawa
seluruh makhluk termasuk malaikat, manusia, jin, dan nyawanya sendiri. Maka dia
juga disebut Malaikatul Maut.
v Malaikat Raqib, tugasnya mencatat amal kebaikan yang
dilakukan manusia sejak aqil baligh selama hidupnya.
v Malaikat Atid, tugasnya mencatat amal kejahatan manusia selama hidupnya.
v Malaikat Munkar, tugasnya menjaga alam kubur, sekaligus
sebagai penanya kepada manusia di alam kubur.
v Malaikat Nakir, tugasnya sama dengan malaikat munkar
menanyakan manusia tentang 6 pokok permasalahan, yakni Tuhan, Agama,
Nabi/Rasul, Kitab, Qiblat, dan teman (saudara).
v Malaikat Malik, tugasnya menjaga pintu neraka tempat manusia
menerima azab/siksa karena kedurhakaannya (kejahatannya).
v Malaikat Ridwan, tugasnya menjaga pintu surga tempat hamba
Allah menerima balasan dan ketakwaan.
Dengan mengetahui 10 Malaikat tersebut
di atas diharapkan bagi seorang Muslim untuk mengaplikasikannya dalam kehidupan
sehari-hari, sehingga beriman kepada Malaikat tersebut minimal memiliki Fungsi
antara lain :
© Meningkatkan nilai dan martabat
hidup manusia dengan bertambahnya pengetahuan inderawi terhadap
makhluk yang materinya tidak tampak. Manusia yang meyakini adanya malaikat,
maka tidak perlu memiliki perasaan takut pada saat berkumpul dengan orang lain
maupun pada saat sendirian,
sebab pada saat sendirian kemungkinan
malaikat yang bersifat
gaib ada disekitarnya.
© Dalam menghadapi berbagai persoalan,
manusia yang beriman kepada malaikat akan memiliki perasaan optimis. Perasaan
tersebut timbul karena manusia yang beriman kepada malaikat meyakini dan
mengetahui bahwa malaikat akan selalu membantu usaha manusia yang diijinkan dan diridhoi Allah.
© Dalam kehidupan sehari-hari, manusia yang beriman kepada malaikat akan selalu berhati-hati. Hal
tersebut karena manusia yang beriman kepada malaikat akan mengetahui adanya
malaikat Atid dan Rokib yang bertugas mengawasi dan mencacat segala gerak-gerik
dan amal perbuatan setiap manusia. Malaikat Atid mencatat gerak-gerik dan amal
perbuatan yang baik, sedangkan malaikat Rokib mencatat yang jelak, Nabi SAW. bersabda:
Artinya : “Sesungguhnya
seorang hamba (yang meningggal) apabila telah diletakkan di dalam kubur dan
para pengantarnya telah meninggalkannya, sesungguhnya ia akan mendengar derap
sandal mereka. Kemudian datanglah dua Malaikat ( Munkar dan Nakir ) dan mendudukkannya,
seraya bertanya kepadanya : “Bagaimana pendapatmu tentang
orang ini ( Muhammad SAW.) ?. Apabila ia seorang mukmin maka
akan menjawab : “ Saya bersaksi bahwa dia
hamba Allah dan utusan-Nya “Kemudian dikatakannya kepadanya : “lihatlah
tempatmu di neraka, sunggguh Allah telah menggantikannya buat kamu di sorga
“Kemudian ia akan melihat kedua tempat itu semua (sorga dan neraka)” (HR. Bukhari dan Muslim)
C.
JIN,
SETAN, DAN IBLIS BUKAN MALAIKAT
Kalimat
jin, setan, ataupun juga Iblis seringkali disebutkan dalam Al-Qur`an, bahkan mayoritas
kita pun sudah tidak asing lagi mendengarnya. Sehingga eksistensinya sebagai
makhluk Allah SWT. tidak lagi diragukan, berdasarkan
Al-Qur`an dan As-Sunnah serta ijma’ ulama Ahlus Sunnah wal Jamaah.
1.
Jin
Al-jinnu berasal dari kata janna syai`un yajunnuhu yang
bermakna satarahu (menutupi sesuatu). Maka segala sesuatu yang tertutup berarti
tersembunyi. Jadi, jin itu disebut dengan jin karena keadaannya yang
tersembunyi.
Keberadaan jin
merupakan hal yang tak dapat disangkal lagi mengingat pemberitaan dari para
Nabi sudah sangat mutawatir dan diketahui orang banyak. Secara pasti, kaum jin
adalah makhluk hidup, berakal dan mereka melakukan segala sesuatu dengan
kehendak. Bahkan mereka dibebani perintah dan larangan, hanya saja mereka tidak
memiliki sifat dan tabiat seperti yang ada pada manusia atau selainnya.[3]
Jin lebih
dahulu diciptakan daripada manusia sebagaimana dikabarkan Allah SWT. dalam
firman-Nya:
وَلَقَدْ خَلَقْنَا اْلإِنْسَانَ مِنْ صَلْصَالٍ مِنْ حَمَإٍ مَسْنُوْنٍ.
وَالْجَانَّ خَلَقْنَاهُ مِنْ قَبْلُ مِنْ نَارِ السَّمُوْمِ
Artinya : “Dan
sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang
berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan Kami telah menciptakan jin
sebelum (Adam) dari api yang sangat panas.” (Q.S.Al-Hijr : 26-27)
Jin berbeda
jauh dengan malaikat. Karena jin dan malaikat serta manusia diciptakan dari
unsur yang berbeda. Rasulullah SAW. bersabda :
خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ وَخُلِقَتِ الْجَانُّ مِنْ مَّارِجٍ
مِنْ نَارٍ وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ
Artinya : “Para
malaikat diciptakan dari cahaya, jin diciptakan dari nyala api, dan Adam
diciptakan dari apa yang disifatkan kepada kalian.” (HR. Muslim no. 2996
dari ’Aisyah radhiallahu ‘anha)
2.
Setan
Setan atau
Syaithan (شَيْطَانٌ) dalam bahasa Arab diambil dari kata (شَطَنَ) yang berarti
jauh. Ada pula yang mengatakan bahwa itu dari kata (شَاطَ) yang berarti
terbakar atau batal. Pendapat yang pertama lebih kuat menurut Ibnu Jarir dan
Ibnu Katsir, sehingga kata Syaithan artinya yang jauh dari kebenaran atau dari
rahmat Allah SWT.[4] Ibnu Jarir menyatakan, syaithan dalam
bahasa Arab adalah setiap yang durhaka dari jin, manusia atau hewan, atau dari
segala sesuatu.
Demikianlah
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman :
وَكَذَلِكَ جَعَلْنَا لِكُلِّ نَبِيٍّ عَدُوًّا شَيَاطِيْنَ اْلإِنْسِ
وَالْجِنِّ يُوْحِي بَعْضُهُمْ إِلَى بَعْضٍ زُخْرُفَ الْقَوْلِ غُرُوْرًا
Artinya : “Dan
demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari
jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada
sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu.”
{Q.S.Al-An’am(6) : 112}
Dalam ayat ini
Allah menjadikan setan dari jenis manusia, seperti halnya setan dari jenis jin.
Dan hanyalah setiap yang durhaka disebut setan, karena akhlak dan perbuatannya
menyelisihi akhlak dan perbuatan makhluk yang sejenisnya, dan karena jauhnya dari kebaikan.[5]
Dan yang menyebabkan adanya tafsiran
mengenai setan dari hewan yaitu dari hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam riwayat
Muslim:
الْكَلْبُ اْلأَسْوَدُ شَيْطَانٌ
Artinya : “Anjing
hitam adalah setan.” (HR.
Muslim)
Ibnu Katsir menyatakan: “Maknanya –wallahu a’lam– yaitu setan dari jenis anjing.”[6]
Setan adalah turunan Iblis,
sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:
أَفَتَتَّخِذُوْنَهُ
وَذُرِّيَّتَهُ أَوْلِيَاءَ مِنْ دُوْنِي وَهُمْ لَكُمْ عَدُوٌّ بِئْسَ
لِلظَّالِمِيْنَ بَدَلاً
Artinya : “Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya
sebagai pemimpin selain-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah
Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang dzalim.”
{Q.S.Al-Kahfi(18) : 50}
Turunan-turunan
Iblis yang dimaksud dalam ayat ini adalah setan-setan.[7]
3.
Iblis
Iblis adalah wazan dari fi’il, diambil dari asal kata
al-iblaas yang bermakna at-tai`as (putus asa) dari rahmat Allah SWT. Mereka adalah musuh bagi manusia, musuh
bagi Adam dan keturunannya. Dengan kesombongan dan analoginya yang rusak serta
kedustaannya, mereka berani menentang perintah Allah SWT. saat mereka
enggan untuk sujud kepada Adam.
Allah Subhanahu
wa Ta’ala berfirman:
وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ أَبَى
وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِيْنَ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam,’ maka sujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan
takabur, dan adalah ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (Al-Baqarah: 34)
Iblis berasal
dari jenis jin. Ini
adalah pendapat Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu. Beliau
menyatakan: “Iblis tidak pernah menjadi golongan malaikat sekejap matapun
sama sekali. Dan dia benar-benar asal-usul jin, sebagaimana Adam adalah
asal-usul manusia.”[8]
Pendapat ini
didasarkan pada firman Allah SWT.
وَإِذْ
قُلْنَا لِلْمَلاَئِكَةِ اسْجُدُوا لآدَمَ فَسَجَدُوا إِلاَّ إِبْلِيْسَ كَانَ
مِنَ الْجِنِّ فَفَسَقَ عَنْ أَمْرِ رَبِّهِ
Artinya : “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para
malaikat: ‘Sujudlah kamu kepada Adam’, maka sujudlah mereka kecuali iblis. Dia
adalah dari golongan jin, lalu ia mendurhakai perintah Rabbnya.” {Q.S.Al-Kahfi(18)
: 50}
Allah menegaskan dalam ayat ini
bahwa iblis dari jin, dan jin bukanlah malaikat. Ulama yang memegang pendapat
ini menyatakan: “Ini adalah nash Al-Qur`an yang tegas dalam masalah yang
diperselisihkan ini.” Beliau juga menyatakan: “Dan hujjah yang paling kuat
dalam masalah ini adalah hujjah mereka yang berpendapat bahwa iblis bukan dari
malaikat.”
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Iman
kepada Malaikat merupakan rukun iman yang kedua setelah beriman kepada Allah
SWT. hal ini dimaksudkan agar manusia memiliki keyakinan bahwa Allah SWT.
mempunyai mahluk yang senantiasa patuh dan tidak pernah durhaka kepada-Nya,
yakni malaikat, yang memiliki tugas pokok bertasbih kepada Allah SWT. Malaikat
termasuk salah satu jenis mahluk yang gaib yaitu mahluk yang keberadaannya
tidak dapat dibuktikan oleh panca indera manusia. Segala sesuatu yang bersifat
gaib hanya boleh dipercaya bila bersumber dari Al Qur’an atau Hadis Nabi SAW.
Malaikat adalah makhluk ghaib yang
diciptakan Allah dari cahaya, senantiasa menyembah Allah, tidak pernah
mendurhakai perintah Allah serta senantiasa melakukan apa yang diperintahkan
kepada mereka.
B.
SARAN
Dalam penyajian makalah ini masih banyak kekurangan,
baik dari segi materi maupun bahasa atau tulisan yang salah dalam penyampaian
makalah kami. Maka kami harapkan sekalian saran yang bersifat membangun untuk
para penulis, karena materi ini masih jauh dari yang diharapkan.
[1] Allah tidak menjelaskan
nama-nama itu, tapi yang jelas itu adalah nama-nama malaikat dan nama segala
sesuatu yang ada saat itu. Dan Dia tidak menjelaskan bahasa yang digunakan.
Wallahu A’alam, barangkali Allah memberi kemampuan kepada Nabi Adam a.s. untuk
membuat nama.
[2] Jika untuk sampai pada suatu
bintang dibutuhkan waktu satu miliar tahun cahaya, padahal yang namanya langit
itu tidak hanya terbatas pada bintang itu namun masih ke sana lagi, dengan
kecepatan apakah mereka turun dari langit itu menuju bumi? Akal kita tidak akan
mampu menggambarkan kecepatan ini.
[3]
Idhahu
Ad-Dilalah fi ’Umumi Ar-Risalah hal. 1, lihat Majmu’ul Fatawa, 19/9
[4]
Al-Misbahul
Munir, hal. 313
[7]
Tafsir Al-Karim
Ar-Rahman, hal. 453
[8]
Diriwayatkan
Ibnu Jarir dalam tafsir surat Al-Kahfi ayat 50, dan dishahihkan oleh Ibnu
Katsir dalam Tafsir-nya
DAFTAR PUSTAKA
Ali Thanthawi, Syaikh, Aqidah
Islam, Doktrin, dan Filosofi, cetakan pertama. Solo: ERA INTERMEDIA. 2004.
Al-Banna, Hasan, Majmu'atu ar-Rasail, Muassasah al-Risalah
Beirut.
al-Jazairy, Abu Bakar Jabir, Aqidah al-Mukmin, Maktabah Kulliyat. Al-azhariyah. Cairo. 1978.
al-Jazairy, Abu Bakar Jabir, Aqidah al-Mukmin, Maktabah Kulliyat. Al-azhariyah. Cairo. 1978.
Ilyas , Yunahar, ”Lc
Kuliah Aqidah Islam", LPPI ,Yogyakarta. 1992
http://muka-aneh.blogspot.com/2009/10/nama-nama-malaikat-dan-tugasnya-islam.html
Jumat, 11 Februari 2011
hikayat
CINTA SEORANG IBU
ALKISAH di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali mersa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabi’at yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, namun ia sering berdo’a memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati.
Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilkakukannya.
Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang ia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung pengumuman yang diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desan dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ketelinga si ibu, dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdo’a berlutut kepada Tuhan.
“Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya”.
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalini hukuman. Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya ia berdo’a supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.
Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong bondong menyaksikan hukuman tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya.
Terbayang dimatanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik detik yang dinantikan akhirnya tiba, lonceng juga belum berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berbisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal daari atas tempat di man lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyyelidiki sumber darah.
Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang berbentur di dinding lonceng. Seluruh orang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung memeluk ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.
Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini. Untuk dijadikan renungan kita. Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun. Seberapa Dalam Cinta Kita Kepada sang Ibu ?????? (int)
Penulis: M.Z
Rabu, 02 Februari 2011
CIRI-CIRI ANAK UMUM BERDASARKAN POSISI URUTAN KELAHIRAN
Anak Sulung
© Berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orang-orang dewasa dan karena dihadapkan memiliki tanggung jawab.
© Benci terhadap fungsinya sebagai teladan bagi adik-adiknya dan mengasuh adik-adiknya.
© Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok serta mudah dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orang tua.
© Memiliki perasaan kurang aman dan benci sebagai akibat dari lahirnya adik sehingga menjadi pusat perhatian.
© Kurang agresif dan kurang berani karena perlindungan orang tua yang berlebihan.
© Mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dari harus memikul tanggungjawab dirumah, dan sering disanggah dengan kecenderungan untuk menjdai “bos”.
© Biasanya berprestasi tinggi karena tekanan dan harapan orang tua sebagai upaya meraih kembali perhatian dari orang tua.
© Sering tidak aman karena memiliki tanggungjawab yang lebih banyak dibandingkan dengan adik-adiknya.
Anak Tengah
§ Balajat mandiri dan berpetualang sebagai akibat dari kebebasan yang lebih banyak.
§ Benci terhadap fungsinya karena harus melebihi kakaknya yang sering diunggulkan.
§ Tidak menyukai kelebihan yang dimiliki kakaknya.
§ Bertindak melanggar aturan untuk merebut perhatian orang tua dari kakak dan adiknya.
§ Mengejek adiknya untuk mendapat perhatian lebih dari orang tuanya.
§ Sering tidak berprestasi karena kurangnya harapan dari orang tuanya.
§ Memiliki tanggung jawab lebih sedikit dibandingkan dengan anak pertama.
§ Terganggu oleh perasaan karena diabaikan oleh orang tuanya.
§ Lebih leluasa berteman dengan teman sebayanya diluar rumah tangga sehingga jiwa sosialnya lebih tinggi.
Anak Bungsu
ª Cenderung keras kepala dan banyak menuntut karena sering “dimanjakan” oleh anggotta keluarga.
ª Rasa aman yang lebih besar karena tidak pernah merasa tersaingi oleh kakak-kakaknya.
ª Biasanya dilindungi oleh orang tuanya dari kelakuan kakak-kakaknya.
ª Men
ª Menjadi tumpuan orang tuanya apabila kakak-kakaknya tidak berprestasi.
ª Memiliki hubungan social yang baik dengan temannya diluar rumah.
ª Cenderung bahagia karena mendapat perrhatian lebih.
Langganan:
Postingan (Atom)