Jumat, 11 Februari 2011

hikayat

HIKAYATCINTA SEORANG IBU
         ALKISAH di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering kali mersa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabi’at yang sangat buruk, yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam, dan banyak lagi. Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, namun ia sering berdo’a memohon kepada Tuhan: “Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati.
         Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilkakukannya.
         Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang ia tertangkap. Kemudian dia dibawa ke hadapan raja untuk diadili dan dijatuhi hukuman pancung pengumuman yang diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desan dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ketelinga si ibu, dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdo’a berlutut kepada Tuhan.
         “Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosanya”.
         Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan. Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalini hukuman. Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah. Tak hentinya ia berdo’a supaya anaknya diampuni, dan akhirnya dia tertidur karena kelelahan. Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan.
         Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong bondong menyaksikan hukuman  tersebut. Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya.
         Terbayang dimatanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik detik yang dinantikan akhirnya tiba, lonceng juga belum berdentang sudah lewat lima menit dan suasana mulai berbisik, akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang. Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba tiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Darah itu berasal daari atas tempat di man lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar debar seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyyelidiki sumber darah.
         Tahukah anda apa yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang berbentur di dinding lonceng. Seluruh orang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung raung memeluk ibunya yang sudah diturunkan. Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya.
         Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng. Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.
         Demikianlah sangat jelas kasih seorang ibu untuk anaknya. Betapapun jahat si anak, ia tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Marilah kita mengasihi orang tua kita masing masing selagi kita masih mampu karena mereka adalah sumber kasih Tuhan bagi kita di dunia ini. Untuk dijadikan renungan kita. Agar kita selalu mencintai sesuatu yang berharga yang tidak bisa dinilai dengan apapun. Seberapa Dalam Cinta Kita Kepada sang Ibu ?????? (int)

Penulis: M.Z

Rabu, 02 Februari 2011

CIRI-CIRI ANAK UMUM BERDASARKAN POSISI URUTAN KELAHIRAN

Anak Sulung
©      Berperilaku secara matang karena berhubungan dengan orang-orang dewasa dan karena dihadapkan memiliki tanggung jawab.
©      Benci terhadap fungsinya sebagai teladan bagi adik-adiknya dan mengasuh adik-adiknya.
©      Cenderung mengikuti kehendak dan tekanan kelompok serta mudah dipengaruhi untuk mengikuti kehendak orang tua.
©      Memiliki perasaan kurang aman dan benci sebagai akibat dari lahirnya adik sehingga menjadi pusat perhatian.
©      Kurang agresif dan kurang berani karena perlindungan orang tua yang berlebihan.
©      Mengembangkan kemampuan memimpin sebagai akibat dari harus memikul tanggungjawab dirumah, dan sering disanggah dengan kecenderungan untuk menjdai “bos”.
©      Biasanya berprestasi tinggi karena tekanan dan harapan orang tua sebagai upaya meraih kembali perhatian dari orang tua.
©      Sering tidak aman karena memiliki tanggungjawab yang lebih banyak dibandingkan dengan adik-adiknya.

Anak Tengah
§      Balajat mandiri dan berpetualang sebagai akibat dari kebebasan yang lebih banyak.
§      Benci terhadap fungsinya karena harus melebihi kakaknya yang sering diunggulkan.
§      Tidak menyukai kelebihan yang dimiliki kakaknya.
§      Bertindak melanggar aturan untuk merebut perhatian orang tua dari kakak dan adiknya.
§      Mengejek adiknya untuk mendapat perhatian lebih dari orang tuanya.
§      Sering tidak berprestasi karena kurangnya harapan dari orang tuanya.
§      Memiliki tanggung jawab lebih sedikit dibandingkan dengan anak pertama.
§      Terganggu oleh perasaan karena diabaikan oleh orang tuanya.
§      Lebih leluasa berteman dengan teman sebayanya diluar rumah tangga sehingga jiwa sosialnya lebih tinggi.

Anak Bungsu
ª      Cenderung keras kepala dan banyak menuntut karena sering “dimanjakan” oleh anggotta keluarga.
ª      Rasa aman yang lebih besar karena tidak pernah merasa tersaingi oleh kakak-kakaknya.
ª      Biasanya dilindungi oleh orang tuanya dari kelakuan kakak-kakaknya.
ª      Men
ª      Menjadi tumpuan orang tuanya apabila kakak-kakaknya tidak berprestasi.
ª      Memiliki hubungan social yang baik dengan temannya diluar rumah.
ª      Cenderung bahagia karena mendapat perrhatian lebih.


Penulis: M.Z
CURHATAN HATI SEORANG IBU
*surat untuk seorang anak

Teruntuk Yang Tersayang
Ananda
Di Bumi ALLAH

Ananda yang selalu bunda ingat………
Maafkan bunda ya…..nak, karena selama ini bunda selalu kasar terhadapmu, memarahimu, menyuruhmu bangun pagi untuk sholat shubuh, menyuruhmu membersihkan rumah, menyuruhmu menjaga adik-adikmu, dan masih banyak lagi hal-hal lain yang mungkin bunda lupa untuk menyebutkannya disini.

Bunda yakin, pasti engkau kesal… nak, terhadap apa yang selama ini bunda lakukan untukmu…. Bunda juga paham bila selama ini engaku begitu marah disaat bunda memarahimu. Semua yang bunda lakukan selama ini, adalah bukti cinta bunda kepadamu… nak… bukan karena bunda benci atau kesal padamu… nak, tetapi itulah bunda…………
Sekali lagi bunda minta maaf ya nak? Maukan memaafkan bunda? Bunda berharap engkau memaafkan semua kekhilafan bunda… selama ini. Bila engkau tidak memaafkan  bunda… bunda terima saja, mungkin karena engkau begitu marah dan kesal tehadap apa yang bunda lakukan terhadapmu.

Bunda sengaja meminta maaf kepadamu nak……
Karena bunda tidak tahu kapan bunda dipanggil oleh Yang Maha Kuasa. Mungkin, saat engkau pulang kuliah, engkau tidak melihat bunda lagi, maafkan bunda ya nak ?????
Do’akan bunda  selalu dalam setiap sholatmu…
Belajar terus gapai prestasimu……..
Makanlah makanan yang halal dan bergizi........
Jaga adik-adikmu ya… nak…


Salam Sayang
Bunda



Penulis: Azwar, S.Psi