Rabu, 26 Januari 2011

TASAWUF FALSAFI
Tasawuf Falsafi adalah sebuah konsep ajaran tasawuf yang mengenal tuhan (ma’rifat) dengan pendekatan rasio (fisafat) hingga menuju tingkatan yang lebih tinggi, bukan hanya mengenal tuhan saja (ma’rifatullah) melainkan lebih tinggi dari itu yaitu wihdatul wujud (kesatuan wujud).
Adapun yang dinaksud juga dengan tasawuf falsafi adalah tasawuf yang bersandarkan pada pemaduan antara intuisi para sufi dengan cara pandang rasional mereka, serta menggunakan tema-tema filsafat dari berbagai macam sumber untuk mengungkapkan tasawufnya itu. Bisa juga dikatakan bahwa tasawuf falsafi adalagh tasawuf yang kaya dengan pemikiran-pemikiran filsafat.
Di dalam tasawuf falsafi metode pendekatannya sangat berbeda dengan tasawuf sunni atau tasawuf salafi. Tasawuf sunni ata salafi metodenya lebih menonjol kepada segi praktis, sedangkan tasawuf falsafi metodenya menonjol kepada segi teoritis sehingga dalam konsep-konsep  tasawuf falsafi lebih mengedepankan asas rasio dengan pendekatan-pendekatan filosofis yang sulit diaplikasikan ke dalam kehidupan sehari-hari khususnya bagi orang awam, bahkan  bisa dikatakan mustahil, namun tetapi bisa diaplikasikan  pada kenyataannya.
Sejarah munculnya Tasawuf Falsafi menurut At-Tafzani, tasawuf falsafi muncul dengan jelas dalam khasanah Islam sejak abad keenam Hijiriyyah meskipun para tokohnya baru dikenal seabad kemudian. Sejak saat itu tasawuf jenis ini hidup dan berkembang, terutama di kalangan para sufi yana juga filosof, sampai menjelang akhir-akhir ini.
Masih menurut At-Tafzani, ciri umum tasawuf falsafi adalah ajarannya yang samar-samar akibatnya banyaknya istilah khusus yang hanya dapat dipahami oleh mereka yang memahami ajaran tasawuf jenis ini






A.    IBNU ‘ARABI
Nama lengkapnya ialah Abu Bakar Muhammad bin Muhyiddin al-Hatimi al-Ta’I al-Andalusia. Di Andalusia (Barat) dia dikenal dengan nama Ibnu ‘Arabi, tanpa alif-lam (bukan ibnu al-‘Arabi). Disamping itu juga   disebut dengan al-Qutb, al-Gaus, al-Syaikh al-Akbar, atau al-Kibrit al-Ahmar.1 Dia lahir pada tanggal  17 Ramadhan 560 H./28 Juli 1163 M. di Mercia dan meninggal pada tanggal  28 Rabiul Akhir 638 H./16 Nopember 1240 M.
Ibnu ‘Arabi adalah penulis produktif, yang menurut Browne ada 500 judul karya tulis dan 90 judul di antaranya tulisan tangannya yang tersimpan di Perpustakaan Negara Mesir. Tetapi menurut Sya’roni, Ibnu ‘Arabi menulis buku sekitar  400 judul saja, termasuk Fusus dan Fusuhat. Adapun di dalam Concise Encylopaedia of Arabic Civilization disebutkan jumlah karya Ibnu ‘Arabi mencapai 300 buah, dan hanya 150 buah yang dijumpai. Di antara hasil karya tulisnya (buku-buku) yang terkenal dan fenomenal adalah al-Futuhat al-Makkiyah, Turjuman al-Asywaq, dan Fushus al-Hikam.2
Ibnu ‘Arabi diakui dan dikenal sebagai pendiri mahzab “kesatuan wujud” (wahdah al-wujud) yang merupakan rembesan dari hasil karya-karyanya yang tumbugh dikalangan ahli-ahli sufi dalam Islam.3 Ia sendiri tidak pernah sekalipun memperkenalkan ungkapan ‘alwahda al-wujud’ itu sebagai terminologi khusus dalam tulisan-tulisannya. Al-Farghani adalah pengikutnya yang pertama kali menggunakannya sebagai suatu istilah taknis. Istilah ini biasanya dikontraskan  dengan “pengetahuan-Nya yang Berbilang (Katsrah al-‘ilm)”. Dia juga termasuk salah seorang pemikir besar Islam. Beberapa pemikir Eropa, antara lain Dante, terpengaruh  oleh pemikirannya, sebagaiman dikemukakan Asin Palacios dalam salah satu kajiannya. Pikirannya juga berpengaruh pada sufi sesudahnya, baik di Timur maupun di Barat.4





1Lutfi ‘Abd Badi’, Islam fi Isbaniya, al-Nahdah al-Misriyah, Cairo, 1969, hlm, 61.
2Stephan dan Nady Ronart, Concise Encyclopaedia of Arabic Civilization the Arab East, Amsterdam, Netherlands, 1996, hlm. 49.
3Muhammad Gallab, Al-Ma’rifah ‘inda Mufakkiri Al-Musliman, al-Dar al-Misyirah, Cairo, 1966, hlm. 358.
4Al-Taftazani, op.cit.,hlm 200.
Ibnu ‘Arabi juga mengembangkan pemikiran tentang rohani manusia, menurutnya dalam diri manusia terdapat dimensi rohaniah yang terdiri dari unsure kebutuhan psikis, spiritual, imajinasi, dan alam khayal manusia.  Rohani dapat membawa manusia kepada alam antara sadar dan tidak sadar yang disebut dengan alam al-mitsal (dunia rasa cita murni) dimana manusia siapapun juga dapat menge na Allah melalui imajinasi kreatif yang terlatih. Kajian rohani ini meliputi dua cabang berurutan, yaitu:
Ø  Kajian tentang kaidah-kaidah yang akan mengantarkan pada perilaku terpuji dan bermuara pada kebahagiaan batin yang dalam (al-‘alam al-rasmi).
Ø  Kajian tentang olah-rasa yang mengantar jiwa pada cahaya keimanan dan pintu kemakrifatan (al-‘alam al-dzauqi).

Wahdah Al-wujud
Ibnu ‘Arabi di dalam kitabnya Al-Futuhat menuturkan bahwa Allah adalah “wujud mutlak”, yaitu zat yang mandiri, yang kebveradaan-Nya tidak disebabkan oleh sesuatu sebab apapun.5 Allah adalah pencipta alam semesta. Tentang proses penciptaan alam, dapat dilihat dalam tulisannya Fusus Al-Hukam. Menurut Ibnu ‘Arabi, ada lima tingaka tan tajalli atau tanazzul zat Tuhan, yaitu:
a.      Tajalli zat Tuhan dalam bentuk-bentuk al-a’yan al-sabitah, yang disebut dengan ‘Alam al-Ma’ani.
b.      Tanazzul zat tuhan dari ‘Alam al-Ma’ani kepada realitas-realitas rohaniah, yang disebut dengan ‘Alam al-Arwah.
c.       Tanazzul zat Tuhan dalam rupa realitas-realitas al-Nafsiyah yang disebut dengan ‘Alam al- Nufus al-natiqah.
d.      Tanazzul zat Tuhan dalam bentuk-bentuk jasad tanpa materi, yang disebut ‘Alam al-Misal.
e.       Tanazzul zat Tuhan dalam bentuk jasad bermateri, yang disebut pula dengan Alam al-Madiyah, dfan disebut pula ‘Alam al-Hissi atau ‘Alam al-Syahadah.






5Ibnu ‘Arabi, Al-Futuhat al-Makkiyah, II, Nural al-Saqafal al-Islamiyah, Cairo, 1972, hlm. 223.
Lebih lanjut disebutkan bahwa tingkatan pertama sampai tingkatan keempat adalah maratabat ghaib (alam metafisik), sedangkan tingkatan yang terakhir atau kelima adalah alam fisik atau alam materi.
Dalam teori Ibnu ‘Arabi, terjadinya ala mini tidak bisa dipisahkan dengan ajarannya  tentang Haqiqah Muhammadiyah atau Nur Muhammad. Ibnu ‘Arabi mengatakan bahwa Nur Muhammad adalah sesuatu yang pertama sekali wujud (menitis) dari Nur Ilahi.6 Dr.Ibrahim Hilal menceritakan bahwa Nur Muhammad merupakan tahapan pertama dari tahapan-tahapan tanazzul (emanasi) zat Tuhan dalam bentuk-bentuk wujud.7 Dengan demikian, Nur Muhammad ada sebelum terjadinya tahapan-tahapan tajalli atau tanazzul zat Tuhan seperti tersebut di atas.
Kecuali Ibnu ‘Arabi berpendapat bahwa Nur Muhammad adalah sesuatu yang pertama kali melimpah dari Tuhan, dia juga mengatakan bahwa darpadaNyalah  terbitnya alam ini.8 juga diriwayatkan, bahwa dari Haqiqah Muhammadiyah ini dijadikan surga dan neraka, nikmat dan azab. Tegasnya tidak ada mau jud  meliankan dari Haqiqah Muhammadiyah.9 apabila dikatakan orang Haqiqah Muhammadiyah, maka ia adalah asal segala yang ada.10
Melalui keteranagn di atas dapat sutau kesimpulan bahwa tahapan-tahapan kejadian dalam proses penciptaan alam menurut ajaran tasawuf Ibnu ‘Arabi adalah:
a.       Wujud Tuhan sebagai wujud mutlak, yaitu Zat yang mandiri tanpa disebabkan/berhajad wujudNya kepada sesutau apapun.
b.      Wujud Al-Haqiqah Muhammadiyah sebagai emanasi pertama dari wujud Tuhan, dan daripadanya melimpah wujud-wujud lainnya.
c.       Bentuk-bentuk al-a’ayan al-sabitah (wujud-wujud yang ada pada ilmu Tuhan) yang disenut ‘Alam Al-Ma’ani.
d.      Realitas-realitas rohaniah (wujud-wujud rohani) yang disebut ‘Alam Arwah.
e.       Realitas-realitas al-nafsiyah (wujud-wujud jiwa) yang disebut ‘Alam Al-Nufus Al-Natiqah.



6Ibnu ‘Arabi, Al-Futuhat, II, op. cit., hlm 227.
7Ibrahim Hilal, Al-Taswwuf Al-Islami Baina Al-Din wa Al-Falsafah, Dar al-Nahdah al-‘Arabiyah, Cairo, hlm. 214.
8Ibid., hlm. 144.
9Ahmad Mahmud Subhi, Al-Faksafah Al-Akhlaqiyah fi Fikr Al-Islami, Dar al-Nahdah al-‘Arabiyah, Cairo, 1969, hlm. 214.
10Yusuf Musa, op. cit. hlm. 207.
f.       Wujud-wujud jasad tanpa materi yang disebut dengan ‘Alam al-Misal.
g.      Wujud-wujud jasad bermateri yang disebut dengan ‘Alam Al-Ajsam Al-Madiyah atau ‘Alam Al-syahadah.

Al-Insan Al-Kamil
 Al-Insan Al-Kamil adalah nam yang dipergunakan oleh kaum sufi untuk menanamkan seorang muslim yang telah sampai ke tingkat tertinggi, yaitu−menurut sebagian sufi-tingkat seorang yang telah sampai pada fana’ fillah. Memang, terdapat perbedaan pendapat di kalangan kaum sufi dalam menentukan siapa yang bisa disebut al-insan al-kamil.
Masalah Al-Insan Al-Kamil, dalam pandangan Ibnu ‘Arabi, tidak bisa dilepaskan kaitannya dengan paham adanya Nur Muhammad, seperti ditegaskan: “Ketahuilah, bukanlah yang dimaksudkan dengan Al-Insan Al-Kamil, kecuali Nur Muhammad, yaitu roh Ilahi yang Dia tiupkan kepada Adam. Oleh karena itu, Adam adalah esensi kehidupan dan awal manusia.”11 Dikatakan bahwa “Nabi Muhammad SAW. adalah Al-Insan Al-Kamil yang paling sempurna. Sedang yang maksud di sini ialah Al-Haqiqah Muhammadiyah.”12 Dan dengan Al-Haqiqah Muhammadiyah inilah orang bisa mencapai derajat Al-Insan Al-Kamil.13
Menurut Ibnu ‘Arabi, untuk mencapai tingkat Al-Insan Al-Kamil orang harus melalui jalan sebagai berikut:
a.       Fana’, yaitu sirna di dalam wujud Tuhan hingga seorang sufi menjadi satu denganNya.
b.      Baqa’, yaitu kelanjutan wujud bersama Tuhan sehingga dalm pandangannya, wujud Tuhan pada kesegalaan ini.14
Semua ini, menurutnya seperi disimpulkan oleh Ibrahim Hilal, merupakann upaya pencapaian ke tingkat Al-Insan Al-Kamil, dan ia hanya akan didapat melalui pengembangan daya intuisi atau zauq sufi.15



11Ahamad Mahmud Subhi, loc. Cit.
12’Abd Al-Qadir Mahmud, loc. Cit.
13Hamka, loc. Cit.
14Ibnu ‘Arabi, op. cit., hlm. 91.
15Hilal, op. cit., hlm. 178.
B.       AL-JILLI
Nama lengkapnya ‘Abd al-Karim bin Ibrahi al-Jilli. Dia ilahirkan di al-Jilli, sutu tempat di kawasan Bagdad pada tahun 767H./1365 M. dan meninggal pada tahun 805 H./1430 M. kitab al-jilli yang paling terkenal yang menggambarkan ajaran tasawufnya, khususnya tentang konsep al-Insan al-Kamil (manusia sempurna), berjudul Al-Insan Al-Kamil fin Ma’rifah al-wakhir wa al-Awail (dua juz untuk satu buku, yang memuat 63 bab: 41 bab untuk juz pertama dan 22 bab untuk juz kedua). Adapun hasil karya tulisnya hamper 30 kitab dan berbagai makalah dengan beragam topik kajian.
Di antara karya utamanya adalah: ‘al-Kahfi wa al-Raqim fi Syahri Bismillahirrohmaanirrohim, ‘al-Kamalaah al-Ilahiyyah’, ‘Qashidah an Naadirah al-‘Ainiyah’, ‘Qutub al-‘Ajaib’, dan karya yang monumental adalah ‘Insan Kamiil fi Ma’rifah al-Awahir wa al-Awail’.
Al-Jilli berpandangan bahwa “tasawuf mencakup rahasia-rahasia batin yang tidak mungkin yang ditakbirkan dengan kalimat-kalimat tegas dan lugas.” Kalimat-kalimat tasawuf sarat dengan makna tersirat. Ujaran dan ajaran sangat pekat dengan simbol, metafor dan isyarat serta rumus-rumus yang terkesan absurd dan menyimpang.
Untuk menggambarkan gagasan pokok al-Jilli tentang insan kamil, ada dua hal yang perlu dikemukakan terlebih dahulu. Pertama, insan kamil adalah suatu tema yang berhubungan dengan persepsi mengenai sesuatu yang dipandang memiliki sifat mutlak, Tuhan. Dia memiliki sifat sempurna, suatu sifat yang patut ditiru oleh manusia. Makin seseorang memiripkan diri kepada sifat sempurna dari Tuhan, makin sempurnalah dirinya. Kedua, keyakinan bahwa yang memiliki sifat mutlak dan sempurna itu mencakup asma’ sifat dan hakikatNya. Seterusnya, bagaimanakah hal-hal tersebut terwujud pada manusia.
Ataupun menurut al-Jilli ada dua pengertian insan kamil, yaitu: pertama, dalam pengertian konsep pengetahuan tentang manusia yang sempurna. Kedua, terkait dengan jati diri yang mengidealkan kesatuan nama dan sifat-sifat Tuhan ke dalam hakikat atau esensi irinya.
Ibadah mayoritas muslim, menurut al-Jill, merupakan manifestasi imensi al-Rabb yang memandang ibadah sebagai kewajiban bagi al-marbub. Berbeda dengan al-‘Arifin yang beribadah dalam imensi al-Rahman, dan al-Muhaqqiqin dalam dimensi sama’u Allah, yang neribadah untuk mengagungkan Allah SWT. dalam asma’ dan sifatNya.
Al-‘Arifin, menurut al-Jilli, adalah fondasi wujud (asas al-wujud),  poros alam semesta (aflak al-‘awalim), dan bahkan tempat Allah dalam wujud (mahal Allah min al-wujud).16
Sumbangan istimewa al-Jilli dalam konsep kesatuan wujud, menurut Arberry, adalah kristalisasi konsep di atas di bawah tatanan universal ajaran tasawuf Ibnu ‘arabi ke dalm suatu metafisika yang jelas dan konsisten.17 Al-Insan Al-Kamil, dalam konsep al-Jilli, merupakan pencerminan zat Allah sekaligus sebagai poros maujudat, yang terhimpun sepenuhnya dalam diri Muhammad SAW. R.A. Nicholson dalam bukunya The Idea of Personality in Sufism mengatakan: “Dengan demikian, Muhammad tidak hanya sebagai sumber seluruh pengetahuan para nabi dan wali, tetapi dia sendiri adalah Roh Ilahi yang immanen di dalam alam.”18
Kendati al-Jilli membawakonsep kesatuan wujud dan tetap konsisten terhadap ajarannya, namun dalam syari’atnya ia tetap menjalankannya kewajiban (taklif) ibadah, seperti shalat, puasa, zakat, dan sebagainya. Bahkan, menurutnya, semakin tinggo derajat manus ia, semakin banyak ibadah yang mest dilakukannya. Pelanggaran terhadap larangan Allah, katanya, harus dihukum sesuai dengan ketentuan Allah SWT. dalam al-Qur’an.

C.      IBNU SAB’IN
Nama lengkapnya Abd al-Haq bin Ibrahim bin Muhammad bin Nashr bin Muhammad, adalah teosof kenamaan Andalus, yang telah dikenal di dunia Barat, Eropa, dengan jawaban-jawaban cerdas atas pertanyaan-pertanyaan seputar permasalahan filosofis yang telah diajukan oleh Frederic II, seorang Raja Romawi yang berkuasa pada masa itu. Ibnu Sab’in lahir tepatnya pada tahun 614 H. (1217 M./1218 M.), di kota Mursiah, Andalus. Lahirnya Ibnu Sab’in, pada paruh awal abad ke-7 tepat pada masa akhir dinasti Muwahhidin berkuasa di Andalus (Spanyol). Ibnu Sab’in wafat pada 20 Syawal 668 H., pada usia 55 tahun.
Selain doktrin al-wahdah al-wujud ari Ibnu ‘Arabi, ternyata masih ada tipe kesatuan wujud yang lebih ekstrim, yaitu ‘al-Wahda al-Mutlaqah-kesatuan mutlak’ yang merupakan hasil rekayasa  rasa dan rasio Ibnu Sab’in.

16Al-Jilli, op. cit., hlm. 77.
17Arberry, op. cit., hlm. 105.
18Nicholson, The Idea, op. cit., hlm. 60.
Secara esensial paham ini nampaknya sederhana karena katanya, wujud adalah satu yakni wujud Allah, sedangkan wujud-wujud lainnya itu adalah wujud Allah Yang Esa itu juga. Keberadaan segala sesuatu itu pada hakikatnya tidak berbeda dari wujud Yang Satu sehingga wujud hanya satu dan selalu satu, maka disebut kesatuan mutlak.
Hal ini berarti, bahwa yang mutlak dapat dilihat pada nisbi. Menurutnya, ajaran ini bersumber dari al-Qur’an yaitu Surat al-Hidad 3 dan a-Qashash: 88 yang ia tafsirkan melalui pendekatan teori emanasi Neo-Platonisme.



“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir, Yang Zhahir dan Yang Bahtin;[*]  dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” (QS. Al-Hadid [57]: 3)





“Janganlah kamu sembah di samping (menyembah) Allah, Tuhan apapun lain. Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Tiap-tiap sesuatu pasti binasa, kedcuali Allah. Bagi-Nya lah segala penentuan, dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan.” (QS. Al-Qashash [28]: 88)
Konsep ini mengungkapkan bahwa wujud itu hanya satu, tidak banyak, yakni Tuhan sebagai Realitas Tunggal dan sebagai wujud mutlak, sedangkan wujud-wujud lainnya itu hanyalah illuminasi (pancaran) atau pantulan dari wujud mutlak melalui tajalli secara berantai.



[*]Yang dimaksud dengan: Yang Awal ialah yang telah ada sebelum segala sesuatu yang ada, Yang Akhir ialah yang tetap ada setelah segala sesuatu musnah, Yang Zhahir ialah yang nyata adanya karena banyak bukti-buktinya, dan Yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh akal.



D.      IBNU MASARRAH
Nama lengkap Ibn Masarrah adalah Muhammad bin ‘Abdullah bin Masarrah (269-319 H.). Ia merupakan salah seorang sufi sekaligus filisof dari Andalusia. Ia memberikan pengaruh yang besar terhadap esetrik madzhab Al-Mariyah. Lebih jauh Ibnu Hazm mengatakan bahwa Ibnu Masarrah memiliki kecenderungan yang besar terhadap filsafat, sedangkan dalam kacamata Musthafa Abdul Raziq, Ibnu Masarrah termasuk aliran ittihadiyyah. Pada mulanya, Ibnu Masarrah merupakan penganut sejati aliran Mu’tazilah, lalu berpaling pada madzhab Neo Platonisme. Oleh karena itu, ia dituduh mencoba menghidupkan kembali filsafat yunani kuno.
Di antara ajaran-ajaran Ibnu Masarrah adalah sebagai berikut :
Ø  Jalan menuju keselamatan adalah mensucikan jiwa, zuhud, dan mahabbah yang merupakan asal dari semua kejadian.
Ø  Dengan penakwilan ala Philun atau aliran Isma’iliyyah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an, Ibn Masarrah menolak adanya kebangkitan jasmani.
Ø  Siksa neraka bukanlah bentuk yang hakikat.



BAB III
PENUTUP

A.    KESIMPULAN
Dari semua konsep-konsep yang telah dikemukakan oleh para sufi dalam makalah ini tentang Tasawuf Falsafi, banyak mempunyai karakteristik sendiri sehingga dapat dipukul rata bahwa semua konsep yang ditawarkan oleh para sufi falsafi ini adalah konsep wahdatul wujud. Meskipun penjabarannya mengalami perbedaan dan perkembangan yang berbeda anatar sufi yang satu dengan sufi yang lain.

Selasa, 25 Januari 2011

psikologi

TEORI-TEORI TOKOH PSIKOLOGI
Mempelajari ilmu psikologi tentu belum terasa lengkap tanpa mengenal para tokoh yang menjadi pendiri atau yang mempelopori berbagai teori psikologi yang digunakan saat ini. Selain itu demi memenuhi banyak permintaan dari para pembaca, maka kami mencoba untuk menguraikan riwayat singkat para tokoh psikologi dan hasil karya mereka.
1. Wilhelm Wundt (1832 - 1920)
Wilhelm Wundt (1832-1920) dilahirkan di Neckarau, Baden, Jerman, dari keluarga intelektual. Ia menamatkan studi kesarjanaannya dan memperoleh gelar doktor di bidang kedokteran dan tertarik pada riset-riset fisiologis. Ia melakukan penelitian di bidang psikofisik bersama-sama dengan Johannes Mueller an Hermann von Helmholtz. Karya utamanya pada masa-masa ini adalah  Grundzuege der Physiologischen Psychologie (Principles of physiological psychology)  pada tahun 1873-1874.
Wundt memperoleh posisi sebagai professor dan mengajar di Universitas Leipzig dimana ia mendirikan Psychological Institute. Laboratorium psikologi didirikan pada tahun 1879, menandai berdirinya psikologi sebagai sebuah disiplin ilmu ilmiah. Di awal berdirinya laboratorium ini, Wundt membiayainya dari kantongnya sendiri sebagai sebuah usaha privat. Setelah tahun 1885, lab ini baru diakui oleh universitas dan secara resmi didanai oleh universitas. Laboratorium ini berkembang dengan pesat sebelum akhirnya gedungnya hancur dalam PD2.
Pada awalnya, Wundt menggolongkan bahwa mind mencakup proses-proses ketidaksadaran / unconsciousness  (sebagai karakteristik dari soul). Metode eksperimen adalah jalan untuk membawa penelitian tentang mind dari level kesadaran (consciousness)  kepada proses-proses yang tidak sadar. Dengan kata lain, metode eksperimen adalah cara untuk membawa mind ke dalam batas-batas ruang lingkup natural science yang obyektif dan empiris.Dalam perkembangannya, Wundt mengakui bahwa metode eksperimental dalam psikologi fisiologi sangat kuat untuk menggali elemen-elemen soul yang mendasar (misalnya persepsi, emosi, dll). Namun di atas fenomena-fenomena mendasar ini masih ada proses-proses mental yang lebih tinggi (higher mental process) yang mengintegrasikan fenomena dasar tsb. Higher mental process ini muncul dalam bentuk kreativitas mental dan menjadi kekuatan sebuah peradaban dan bersifat abadi, yaitu : bahasa, mitos, custom, budaya. Pada tahap ini Wundt membatasi fungsi soul hanya pada tahap kesadaran. Proses-proses ketidaksadaran tidak lagi menjadi fokus dari ‘study of the mind’.
Fokus studi Wundt dapat dilihat melalui dua karya besarnya,  Principles of Physiological Psychology  dan Voelkerpsychologie.
Principles of Physiological Psychology,  dalam karyanya ini Wundt memfokuskan pada hasil-hasil eksperimennya tentang ingatan, emosi, dan abnormalitas kesadaran.
Hasil eksperimen tentang ingatan akan simple ideas menghasilkan jumlah ide sederhana yang dapat disimpan dalam ingatan manusia (mind), fakta bahwa ide yang bermakna akan lebih diingat daripada yang muncul secara random, serta karakteristik dari kesadaran manusia yang bersifat selektif. Konsep penting yang muncul adalah apperception, suatu bentuk operasi mental yang mensintesakan elemen mental menjadi satu kesatuan utuh, juga berpengaruh dalam proses mental tinggi seperti analisis dan judgement. Studi Wundt tentang emosi dan feelings menghasilkan pembagian kutub-kutub emosi ke dalam tiga dimensi :
·         Pleasant vs unpleasant
·         High vs low arousal
·         Concentrated vs relaxed attention
Teori ini dikenal sebagai the three dimensional theory namun bersifat kontroversial.Ide tentang abnormalitas kesadaran dari Wundt dibangun melalui diskusi-diskusi dengan para psikiater terkenal masa itu, Kretschmer dan Kraepelin. Ide Wundt tentang schizoprenic adalah hilangnya kontrol appersepsi dan kontrol dalam proses atensi. Akibatnya proses berpikir hanya bersifat rangkaian asosiasi ide yang tidak terkontrol.

2. Ivan Pavlov (1849 - 1936)
Ivan Petrovich Pavlov dilahirkan di Rjasan pada tanggal 18 September 1849 dan wafat di Leningrad pada tanggal 27 Pebruari 1936. Ia sebenarnya bukanlah sarjana psikologi dan tidak mau disebut sebagai ahli psikologi, karena ia adalah seorang sarjana ilmu faal yang fanatik.  Eksperimen Pavlov yang sangat terkenal di bidang psikologi dimulai ketika ia melakukan studi tentang pencernaan. Dalam penelitian tersebut ia melihat bahwa subyek penelitiannya (seekor anjing) akan  mengeluarkan air liur sebagai respons atas munculnya makanan. Ia kemudian mengeksplorasi fenomena ini dan kemudian mengembangkan satu studi perilaku (behavioral study) yang dikondisikan, yang dikenal dengan teori Classical Conditioning. Menurut teori ini, ketika makanan (makanan disebut sebagai the unconditioned or unlearned stimulus - stimulus yang tidak dikondisikan atau tidak dipelajari) dipasangkan atau diikutsertakan dengan bunyi bel (bunyi bel disebut sebagai the conditioned or learned stimulus - stimulus yang dikondisikan atau dipelajari), maka bunyi bel akan menghasilkan respons yang sama, yaitu keluarnya air liur dari si anjing percobaan. Hasil karyanya ini bahkan menghantarkannya menjadi pemenang hadiah Nobel. Selain itu teori ini merupakan dasar bagi perkembangan aliran psikologi behaviourisme, sekaligus meletakkan dasar-dasar bagi penelitian mengenai proses belajar dan  pengembangan teori-teori tentang belajar.
Classic Conditioning (pengkondisian atau persyaratan klasik) adalah proses yang ditemukan Pavlov melalui percobaannya terhadap anjing, di mana perangsang asli dan netral dipasangkan dengan stimulus bersyarat secara berulang-ulang sehingga memunculkan reaksi yang diinginkan.

Urutan kejadian melalui percobaan terhadap anjing:
1. US (unconditioned stimulus): stimulus asli atau netral: Stimulus tidak dikondisikan yaitu stimulus yang langsung menimbulkan respon, misalnya daging dapat merangsang anjing untuk mengeluarkan air liur.
2. UR (unconditioned respons): disebut perilaku responden (respondent behavior) respon tak bersyarat, yaitu respon yang muncul dengan hadirnya US, yaitu air liur anjing keluar karen anjing melihat daging.
3. CS (conditioning stimulus): stimulus bersyarat, yaitu stimulus yang tidak dapat langsung menimbulkan respon. Agar dapat menimbulkan respon perlu dipasangkan dengan US secara terus-menerus agar menimbulkan respon. Misalnya bunyi bel akan menyebabkan anjing mengeluarkan air liur jika selalu dipasangkan dengan daging.
4. CR (conditioning respons): respons bersyarat, yaitu rerspon yang muncul dengan hadirnya CS, Misalnya: air liur anjing keluar karena anjing mendengar bel.
Dari eksperimen Pavlov setelah pengkondisian atau pembiasan dapat diketahui bahwa daging yang menjadi stimulus alami (UCS = Unconditional Stimulus = Stimulus yang tidak dikondisikan) dapat digantikan oleh bunyi lonceng sebagai stimulus yang dikondisikan (CS = Conditional Stimulus = Stimulus yang dikondisikan). Ketika lonceng dibunyikan ternyata air liur anjing keluar sebagai respon yang dikondisikan. Dengan menerapkan strategi Pavlov ternyata individu dapat dikendalikan melalui cara mengganti stimulus alami dengan stimulus yang tepat untuk mendapatkan pengulangan respon yang diinginkan, sementara individu tidak menyadari bahwa ia dikendalikan oleh stimulus yang berasal dari luar dirinya.



3. Sigmund Freud (1856 - 1939)
Sigmund Freud dilahirkan pada tanggal 6 Mei 1856 di Freiberg (Austria), pada masa bangkitnya Hitler, dan wafat di London pada tanggal 23 September 1939. Ia adalah seorang Jerman keturunan Yahudi. Pada usia 4 tahun ia dan keluarga pindah ke Viena, dimana ia menghabiskan sebagian besar masa hidupnya. Meskipun keluarganya adalah Yahudi namun Freud menganggap bahwa dirinya adalah atheist.
Pada tahun 1900, Freud menerbitkan sebuah buku yang menjadi tonggak lahirnya aliran psikologi psikoanalisa. Buku tersebut berjudul Interpretation of Dreams yang masih dikenal sampai hari ini. Dalam buku ini Freud memperkenalkan konsep yang disebut "unconscious mind" (alam ketidaksadaran). Selama periode 1901-1905 dia menerbitkan beberapa buku, tiga diantaranya adalah The Psychopathology of Everyday Life (1901), Three Essays on Sexuality (1905), dan Jokes and Their relation to the Unconscious (1905).
Pada tahun 1902 dia diangkat sebagai profesor di University of Viena dan saat ini namanya mulai mendunia. Pada tahun 1905 ia mengejutkan dunia dengan teori perkembangan psikoseksual (Theory of Psychosexual Development) yang mengatakan bahwa seksualitas adalah faktor pendorong terkuat untuk melakukan sesuatu dan bahwa pada masa balita pun anak-anak mengalami ketertarikan dan kebutuhan seksual. Beberapa komponen teori Freud yang sangat terkenal adalah:
·         The Oedipal Complex, dimana anak menjadi tertarik pada ibunya dan mencoba mengidentifikasi diri seperti sang ayahnya demi mendapatkan perhatian dari ibu.
·         Konsep Id, Ego, dan Superego.
·         Mekanisme pertahanan diri (ego defense mechanisms).
Pemikiran dan teori Sigmund Freud
Freud membagi mind ke dalam consciousness, preconsciousness dan unconsciousness. Dari keriga aspek kesadaran, unconsciousness adalah yang paling dominant dan paling penting dalam menentukan perilaku manusia. Di dalam unconscious tersimpan ingatan masa kecil, energi psikis dan instink. Preconsciousness berperan sebagai jembatan antara conscious dan unconscious, berisi ingatan atau ide yang dapat diakses kapan saja. Consciousness hanyalah bagian kecil dari mind, namun satu-satunya bagian yang memiliki kontak langsung dengan realitas.
Freud mengembangkan konsep struktur mind dengan mengembangkan “mind apparatus”, yaitu yang dikenal dengan struktur kepribadian Freud dan menjadi konstruknya yang terpenting yaitu id, ego, dan super ego.
Id adalah struktur paling mendasar dari kepribadian, seluruhnya tidak didasari dan bekerja menurut prinsip kesenangan, tujuannya pemenuhan kepuasan yang segera.
Ego baerkembang dari Id, struktur kepribadian yang mengontrol kesadaran dan mengambil keputusan atas perilaku manusia. Superego, berkembang dari ego saat manusia mengerti nilai baik buruk dan moral.
Superego merefleksikan nilai-nilai social dan menyadarkan individu atas tuntutan moral. Apabila terjadi pelanggaran nilai, superego menghukum ego dengan menimbulkan rasa salah.
Ego selalu menghadapi ketegangan antara tuntutan id dan superego. Apabila tuntutan ini tidak berhasil diatasi dengan baik, maka ego terancam dan muncullah kecemasan (anxiety). Untuk menyelamatkan diri dari ancaman, ego melakukan reaksi defensive self (pertahanan diri) yang dikenal defense mechanism.
Dari ketiga macam konstruk kepribadian Freud, yaitu id, ego, dan superego adalah yang membedakan manusia dengan belum manusia atau manusia masih dalam tanda kutip "MANUSIA". Manusia yang seutuhnya memiliki ketiganya. Dan superego di sini berfungsi sebagai pengendali diri. Prosesnya berakhir sampai kepada manusia itu meninggal dunia, artinya proses ketiga konstruk kepribadian manusia tak akan berhenti selama masa hidupnya.

4.  Erik Erikson (1902 - 1994)

Erik Homburger Erikson dilahirkan di Frankfurt, Jerman, pada tahun 1902. Ayahnya adalah seorang keturunan Denmark dan Ibunya seorang Yahudi. Erikson belajar psikologi pada Anna Freud (putri dari Sigmund Freud) di Vienna Psycholoanalytic Institute selama kurun waktu tahun 1927-1933. Pada tahun 1933 Erikson pindah ke Denmark dan disana ia mendirikan pusat pelatihan psikoanalisa (psychoanalytic training center). Pada tahun 1939 ia pindah ke Amerika serikat dan menjadi warga negara tersebut, dimana ia sempat mengajar di beberapa universitas terkenal seperti Harvard, Yale, dan University of California di Berkley.
Beberapa buku yang pernah ditulis oleh Erikson dan mendapat sambutan luar biasa dari masyarakat, diantaranya adalah: (1) Young Man Luther: A Study in Psychoanalysis and History (1958), (2) Insight and Responsibility (1964), dan Identity: Youth and Crisis (1968).




1.      Teori
Erikson menggambarkan adanya sejumlah kualitas yang dimiliki ego yakni kepercayaan dan penghargaan, otonomi dan kemauan, kerajinan dan kompetensi, identitas dan kesetiaan, keakraban dan cinta, generativitas dan pemeliharaan, serta integritas. Ego ini dapat menemukan menemukan pemecahan kreatif atas masalah baru pada setiap tahap kehidupan. Ego bukan menjadi budak lagi, namun dapat mengatur id, superego dan dibentuk oleh konteks cultural dan historik. Berikut adalah ego yang sempurna menurut Erikson.
1.      Faktualitas adalah kumpulan fakta, data, dan metoda yang dapat diverifikasi dengan metoda kerja yang sedang berlaku. Ego berisi kumpulan fakta dan data hasil interaksi dengan lingkungan.
2.      Universalitas berkaitan dengan kesadaran akan kenyataan (sens of reality) yang menggabungkan hal yang praktis dan kongkrit dengan pandangan semesta, mirip dengan pronsip realita dari Freud.
3.      Aktualitas adalah cara baru dalam berhubungan satu dengan yang lain, memperkuat hubungan untuk mencapai tujuan bersama.

Menurut Erikson, ego sebagian bersifat taksadar, mengorganisir dan mensitesa pengalaman sekarang dengan pengalaman diri masa lalu dan dengan diri masa yang akan datang. Dia menemukan tiga aspek ego yang saling berhubungan, yakni:
1.      Body Ego: Mengacu ke pengalaman orang dengan tubuh/ fisiknya sendiri.
2.      Ego Ideal: Gambaran mengenai bagaimana seharusnya diri, sesuatu yang bersifat ideal.
3.      Ego Identity: Gambaran mengenai diri dalam berbagai peran sosial.
Teori Ego dari Erikson memandang bahwa perkembangan kepribadian mengikuti prinsip epigenetik. Bagi organisme, untuk mencapai perkembangan penuh dari struktur biologis potensialnya, lingkungan harus memberi stimulasi yang khusus. Sama seperti Freud, Erikson menganggap hubungan ibu-anak menjadi bagian penting dari perkembangan kepribadian. Tetapi Erikson tidak membatasi teori hubungan id-ego dalam bentuk usaha memuaskan kebutuhan id oleh ego.



b.     Perkembangan kepribadian: teori psikososial
PRINSIP EPIGENETIK
Menurut Erikson, ego berkembang melalui berbagai tahap kehidupan mengikuti prinsip epigenetik, istilah yang dipinjam dari embriologi. Perkembangan epigenetik adalah perkembangan tahap demi tahap dari organ-organ embrio. Ego berkembang mengikuti prinsip epigenetik, artinya tiap bagian dari ego berkembang pada tahap perkembangan tertentu dalam rentangan waktu tertentu (yang disediakan oleh hereditas untuk berkembang). Tahap perkembangan yang satu terbentuk dan dikembangkan di atas perkembangan sebelumnya (tetapi tidak mengganti perkembangan tahap sebelumnya itu).
ENAM POKOK PIKIRAN TEORI PERKEMBANGAN PSIKOSOSIAL ERIKSON
1.      Prinsip Epigenetik: Perkembangan kepribadian mengiuti prinsip epigenetik.
2.      Interaksi Bertentangan: Di setiap tahap ada konflik psikososial, antara elemen sintonik (syntonic = harmonious) dan distonik (dystonic = disruptive). Kedua elemen itu dibutuhkan oleh kepribadian.
3.      Kekuatan Ego: Konflik psikososial di setiap tahap hasilnya akan mempengaruhi atau mengembangkan ego. Dari sisi jenis sifat yang dikembangkan, kemenangan aspek sintonik akan memberi ego sifat yang baik, disebut Virtue. Dari sisi  enerji, virtue akan meningkatkan kuantitas ego atau kekuatan ego untuk mengatasi konflik sejenis, sehingga virtue disebut juga sebagai kekuatan dasar (basic strengh).
4.      Aspek Somatis: Walaupun Erikson membagi tahapan berdasarkan perkembangan psikososial, dia tidak melupakan aspek somatis/biologikal dari perkembangan manusia.
5.      Konflik dan Peristiwa Pancaragam (Multiplicity of Conflict and Event): Peristiwa pada awal perkembangan tidak berdampak langsung pada perkembangan kepribadian selanjutnya. Identitas ego dibentuk oleh konflik dan peristiwa masa lalu, kini, dan masa yang akan datang.
6.      Di setiap tahap perkembangan, khususnya dari masa adolesen dan sesudahnya, perkembangan kepribadian ditandai oleh krisis identitas (identity crisis), yang dinamakan Erikson “titik balik, periode peningkatan bahaya dan memuncaknya potensi”.



        c. Fase-Fase Perkembangan
1.      FASE BAYI (0-1 TAHUN)
Pararel dengan Fase Oral dari Freud, namun bagi Erikson kegiatan bayi tidak terikat dengan mulut semata; bayi adalah saat untuk memasukkan (incorporation), bukan hanya melalui mulut (menelan) tetapi juga dari semua indera. Tahap sensori oral ditandai oleh dua jenis inkorporasi: mendapat (receiving) dan menerima (accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi memakai sebagian besar waktunya untuk makan, eliminasi (buang kotoran), dan tidur. Ketika ia menyadari ibu akan memberi makan/minum secara teratur, mereka belajar dan memperoleh kualitas ego atau identitas ego yang pertama, perasaan kepercayaan dasar (basic trust). Bayi harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan lain, dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi yang tidak menyenangkan itu. Dari peristiwa itu bayi akan belajar mengharap bahwa hal yang menyakitkan ke depan bisa berubah menjadi menyenangkan. Bayi menangkap hubungannya dengan ibu sebagai sesuatu yang keramat (numinous).
2.      FASE ANAK-ANAK (1-3 TAHUN)
Dalam teori Erikson, anak memperoleh kepuasan bukan dari keberhasilan mengontrol alat-alat anus saja, tetapi juga dari keberhasilan mengontrol fungsi tubuh yang lain seperti urinasi, berjalan, melempar, memegang, dan sebagainya. Pada tahun kedua, penyesuaian psikososial terpusat pada otot anal-uretral (Anal-Urethral Muscular); anak belajar mengontrol tubuhnya, khususnya yang berhubungan dengan kebersihan. Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain. Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan. Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan (benar-benar hanya permulaan), yang menjadi ujud virtue kemauan di dalam egonya.  Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious).





3.      USIA BERMAIN (3-6 TAHUN)
Pada tahap ini Erkson mementingkan perkembangan pada fase bermain, yakni; identifikasi dengan orang tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan tubuh, ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan kemampuan menentukan tujuan. Erikson mengakui gejala odipus muncul sebagai dampak dari fase psikososeksual genital-locomotor, namun diberi makna yang berbeda. Menurutnya, situasi odipus adalah prototip dari kekuatan yang abadi dari kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih dan mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan ibu/ayah, atau meninggalkan rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu tujuan. Konflik antara inisiatif dengan berdosa menghasilkan kekuatan dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk mengalahkan penjahat.
4.       USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN)
Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar menjadi berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting karena akan membuat anak dapat memakain enerjinya untuk mempelajari teknologi dan budayanya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap ini adalah antara ketekunan dengan perasaan inferior (industry – inveriority). Dari konflik antar ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar: kemampuan (competency). Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan, metoda yang membuat suatu pekrjaan dapat dilakukan dengan efektif dan efisien.
5.      ADOLESEN (12-20 TAHUN)
Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap perkembangan lainnya, karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang cukup baik. Bagi Erikson, pubertas (puberty) penting bukan karena kemasakan seksual, tetapi karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang akan datang. Pencarian identitas ego mencapai puncaknya pada fase ini, ketika remaja berjuang untuk menemukan siapa dirinya. Kekuatan dasar yang muncul dari krisis identitas pada tahap adolesen adalah kesetiaan (fidelity); yaitu setia dalam beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan. Memilih dan memiliki ediologi akan memberi pola umum kehidupan diri, bagaimana berpakaian, pilihan musik dan buku bacaan, dan pengaturan waktu sehari-hari.
6.      DEWASA AWAL (20-30 TAHUN)
Pengalaman adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh dewasa-awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan (genitality). Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu. Cinta adalah kesetiaan yang masak sebagai dampak dari perbedaan dasar antara pria dan wanita. Cinta selain di samping bermuatan intimasi juga membutuhkan sedikit isolasi, karena masing-masing partner tetap boleh memiliki identitas yang terpisah. Ritualisasi pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya cinta, mempertahankan persahabatan, ikatan kerja.
7.      DEWASA (30-65 TAHUN)
Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian. Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagai kekuatan dasar orang dewasa. Generasional adalah interaksi antara orang dewasa dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan, sedangkan otoritisme mengandung pemaksaan. Orang dewasa dengan kekuatan dan kekuasaannya memaksa aturan, moral, dan kemauan pribadi dalam interaksi.
8.      USIA TUA (>65 TAHUN)
Menjadi tua sudah tidak menghasilkan keturunan, tetapi masih produktif dan kreatif dalam hal lain, misalnya memberi perhatian/merawat generasi penerus – cucu dan remaja pada umumnya. Tahap terakhir daroi psikoseksual adalah generalisasi sensualitas (Generalized Sensuality): memperoleh kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan, pendengaran, kecapan, bau, pelukan, dan juga stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis psikososial terakhir ini, kualita distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan kebijaksanaan yang matang, tetap mempertahankan integritasnya ketika kemampuan fisik dan mentalnya menurun. Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral; ungkapan kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang tidak mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.



5.  Abraham Maslow (1908 - 1970)
Abraham Maslow (1908-1970) adalah seorang psikolog yang mencoba menemukan jawaban sistematis atas pertanyaan pemenuhan kebutuhan hidup, yang terkenal dengan sebutan Teori Hierarki Kebutuhan. Menurutnya kunci dari segala aktifitas manusia adalah keinginannya untuk memuaskan kebutuhan yang selalu muncul dan muncul. Dalam teori hierarki kebutuhan manusia terdiri atas lima lapis jenjang vertical yaitu:
1.      Kebutuhan Fisiologis (Physiological Needs)
Kebutuhan yang paling mendasar, seperti: sandang, pangan, papan, bernafas, buang air besar, buang air kecil, dll.
2.      Kebutuhan Keamanan dan Keselamatan (Safety dan Security Needs)
Kebutuhan ini muncul daan memainkan peranan dalam bentuk mencari tempat perlindungan. Misalnya membangun privacy individual, mengusahakan “keterjaminan” financial melalui asuransi/ dana pension, bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, dsb.
3.      Kebutuhan Sosial (Social Needs)
Ketika kita ingin memiliki persahabatan, menjadi bagian dari sebuah kelompok, dan kebutuhan cinta dari lawan jenis.
4.      Kebutuhan Penghargaan atau Pengakuan (Esteem Needs)
Pada level ke empat ini Maslow membedakannya menjadi dua, yaitu:
- tipe bawah: kebutuhan akan penghargaan dari orang lain, status, perhatian, reputasi, kebanggan diri, kemahsyuran.
- tipe atas: penghargaan oleh diri sendiri, seperti kebebasan, kecakapan, ketrampilan, dan kemampuan khusus.
5.      Kebutuhan Aktualisasi Diri
Adalah kebutuhan untuk bertindak sesuka hati sesuai dengan bakat dan minatnya.
§  Kebutuhan untuk aktualisasi diri
§  Kebutuhan untuk dihargai
§  Kebutuhan untuk dicintai dan disayangi
§  Kebutuhan fisiologis / dasar
§  Kebutuhan akan rasa aman dan tentram




6.  Edward Lee Thorndike (1874 - 1949)
Menurut Thorndike, belajar merupakan peristiwa terbentuknya asosiasi-asosiasi antara peristiwa-peristiwa yang disebut stimulus (S) dengan respon (R).
~  Stimulus adalah suatu perubahan dari lingkungan eksternal yang menjadi tanda untuk mengaktifkan organisme untuk bereaksi atau berbuat.
~ Respon adalah sembarang tingkah laku yang dimunculkan karena adanya perangsang.
Eksperimen kucing lapar yang dimasukkan dalam sangkar (puzzle box) diketahui bahwa supaya tercapai hubungan antara stimulus dan respons, perlu adanya kemampuan untuk memilih respons yang tepat serta melalui usaha-usaha atau percobaan-percobaan (trials) dan kegagalan-kegagalan (error) terlebih dahulu. Bentuk paling dasar dari belajar adalah “trial and error learning atau selecting and connecting lerning” dan berlangsung menurut hukum-hukum tertentu. Oleh karena itu teori belajar yang dikemukakan oleh Thorndike ini sering disebut dengan teori belajar koneksionisme atau teori asosiasi.
·         Teori utama Thorndike :
a. Fenomena belajar :
o   Trial and error learning
o   Transfer of learning
b. Hukum-hukum belajar :
·         Law of Readiness : adanya kematangan fisiologis untuk proses belajar tertentu, misalnya kesiapan belajar membaca. Isi teori ini sangat berorientasi pada fisiologis.
·         Law of Exercise : jumlah exercise (yang dapat berupa penggunaan atau praktek) dapat memperkuat ikatan S-R. Contoh : mengulang, menghafal, dan lain sebagainya. Belakangan teori ini dilengkapi dengan adanya unsur effect belajar sehingga hanya pengulangan semata tidak lagi berpengaruh.
·         Law of Effect : menguat atau melemahnya sebuah connection dapat dipengaruhi oleh konsekuensi dari connection tersebut. Konsekuensi positif akan menguatkan connection, sementara konsekuensi negatif akan melemahkannya. Belakangan teori ini disempurnakan dengan menambahkan bahwa konsekuensi negatif tidak selalu melemahkan connections. Pemikiran Thorndike tentang. Konsekuensi ini menjadi sumbangan penting bagi aliran behaviorisme karena ia memperkenalkan konsep reinforcement. Kelak konsep ini menjadi dasar teori para tokoh behaviorisme seperti Watson, Skinner, dan lain-lain.
7.   JEAN PIAGET ( 1896 – 1980 ) 
Jean Piaget (9 Agustus 1896 – 16 September 1980) adalah seorang filsuf, ilmuwan, dan psikolog perkembangan Swiss, yang terkenal karena hasil penelitiannya tentang anak-anak dan teori perkembangan kognitifnya. Menurut Ernst von Glasersfeld, Jean Piaget adalah juga "perintis besar dalam teori konstruktivis tentang pengetahuan. Karya Piaget pun banyak dikutip dalam pembahasan mengenai psikologi kognitif.
a. Pengertian
Istilah “Cognitive” berasal dari kata cognition artinya adalah  pengertian, mengerti. Pengertian yang luasnya cognition (kognisi) adalah perolehan, penataan, dan penggunaan pengetahuan ( Neisser, 1976). Dalam pekembangan selanjutnya, kemudian istilah kognitif ini menjadi populer sebagai salah satu wilayah psikologi manusia / satu konsep umum yang mencakup semua bentuk pengenalan yang meliputi setiap perilaku mental yang berhubungan dengan masalah pemahaman, memperhatikan, memberikan, menyangka, pertimbangan, pengolahan informasi, pemecahan masalah, kesengajaan, pertimbangan, membayangkan, memperkirakan, berpikir dan keyakinan.
Termasuk kejiwaan yang berpusat di otak ini juga berhubungan dengan konasi (kehendak) dan afeksi (perasaan) yang bertalian dengan rasa.
Menurut para ahli jiwa aliran kognitifis, tingkah laku seseorang itu senantiasa didasarkan pada kognisi, yaitu tindakan mengenal atau memikirkan situasi dimana tingkah laku itu terjadi.


b. Teori Perkembangan Kognitif Piaget
Menurut penelitiannya, bahwa tahap-tahap perkembangan individu /pribadi serta perubahan umur sangat mempengaruhi kemampuan belajar individu.
Jean Piaget menyebut bahwa struktur kognitif ini sebagai skemata (Schemas), yaitu kumpulan dari skema-skema. Seseorang individu dapat mengikat, memahami, dan memberikan respons terhadap stimulus disebabkan karena bekerjanya skemata ini. Skemata ini berkembang secara kronologis, sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungannya. Dengan demikian seorang individu yang lebih dewasa memiliki struktur kognitif yang lebih lengkap dibandingkan ketika ia masih kecil.
Piaget memakai istilah scheme secara interchangeably dengan istilah struktur. Scheme adalah pola tingkah laku yang dapat diulang . Scheme berhubungan dengan :
-          Refleks-refleks pembawaan ; misalnya bernapas, makan, minum.
-          Scheme mental ; misalnya scheme of classification, scheme of operation. ( pola tingkah laku yang masih sukar diamati seperti sikap, pola tingkah laku yang dapat diamati.
Menurut Piaget, intelegensi itu sendiri terdiri dari tiga aspek,
1.      Struktur ; disebut juga scheme seperti yang dikemukakan diatas.
2.      Isi ; disebut  juga content, yaitu pola tingkah laku spesifik tatkala individu menghadapi sesuatu masalah.
3.      Fungsi ; disebut fungtion, yaitu yang berhubungan dengan cara seseorang mencapai kemajuan intelektul.
Fungsi itu sendiri terdiri dari dua macam fungsi invariant, yaitu organisasi dan adaptasi.
-          Organisasi ; berupa kecakapan seseorang dalam menyusun proses-proses fisik dan psikis dalam bentuk system-sistem yang koheren.
-          Adaptasi ; yaitu penyesuaian diri individu terhadap lingkungannya.
Proses terjadinya adaptasi dari skemata yang telah terbentuk dengan stimulus baru dilakukan dengan dua cara, yaitu :
1.      Asimilasi
Adalah proses pengintegrasian secara langsung stimulus baru ke dalam skemata yang telah terbentuk / proses penggunaan struktur atau kemampuan individu untuk mengatasi masalah dalam lingkungannya.
2.      Akomodasi
Adalah proses pengintegrasian stimulus baru ke dalam skema yang telah terbentuk secara tidak langsung/ proses perubahan respons individu terhadap stimuli lingkungan.

Dalam struktur kognitif setiap individu mesti ada keseimbangan antara asimilasi dengan akomodasi. Keseimbangan ini dimaksudkan agar dapat mendeteksi persamaan dan perbedaan yang terdapat pada stimulus-stimulus yang dihadapi. Perkembangan kognitif ini pada dasarnya adalah perubahan dari keseimbangan  yang dimiliki ke keseimbangan baru yang diperolehnya.
Dengan penjelasan diatas maka dapatlah kita ketahui tentang bagaimana terjadinya pertumbuhan dan perkembangan intelektual.
Pertumbuhan intelektual terjadi karena adanya proses yang kontinu dari adanya equilibrium – disequilibrium. Bila individu dapat menjaga adanya equilibrium, individu akan dapat mencapai tingkat perkembangan intelektual yang lebih tinggi.
c. Tahap-Tahap Perkembangan
Piaget mengidentifikasi empat faktor yang mempengaruhi transisi tahap perkembangan anak, yaitu :
1.      Kematangan.
2.      pengalaman fisik / lingkungan.
3.      transmisi social.
4.      Equilibrium.
Selanjutnya Piaget mengemukakan tentang perkembangan kognitif yang dialami setiap individu secara lebih rinci, mulai bayi hingga dewasa. Teori ini disusun berdasarkan studi klinis terhadap anak-anak dari berbagai usia golongan menengah di Swiss.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Piaget mengemukakan ada empat tahap perkembangan kognitif dari setiap individu yang berkembang secara kronologis :
a.      tahap Sensori Motor : 0 – 2 tahun ;
b.      tahap Pra Operasi : 2 – 7 tahun ;
c.       tahap Operasi Konkrit : 7 – 11 tahun ;
d.      tahap Operasi Formal : 11 keatas.
Sebaran umur pada seiap tahap ersebut adalah rata-rata (sekitar) dan mungkin pula terdapat perbedaan antara masyarakat yang satu dengan masyarakat yang lainnya, antara individu yang satu dengan individu yang lainnya. Dan teori ini berdasarkan pada hasil penelitian di Negeri Swiss pada tahun 1950-an.
a.      Tahap Sensori Motor (Sensory Motoric Stage)
Bagi anak yang berada pada tahap ini, pengalaman diperoleh melalui fisik (gerakan anggota tubuh) dan sensori (koordinasi alat indra).
Pada mulanya pengalaman itu  bersatu dengan dirinya, ini berarti bahwa suatu objek itu ada bila ada pada penglihatannya. Perkembangan selanjutnya ia mulai berusaha untuk mencari objek yang asalnya terlihat kemudian menghiang dari pandangannya, asal perpindahanya terlihat. Akhir dari tahap ini ia mulai mencari objek yang hilang bila benda tersebut tidak terlihat perpindahannya. Objek mulai terpisah dari dirinya dan bersamaan dengan itu konsep objek dalam struktur kognitifnya pun mulai dikatakan matang. Ia  mulai mampu untuk melambungkan objek fisik ke dalam symbol-simbol, misalnya mulai bisa berbicara meniru suara kendaraan, suara binatang,  dll.

b.      Tahap Pra Operasi ( Pre Operational Stage)
Tahap ini adalah tahap persiapan untuk pengorganisasian operasi konkrit. Istilah operasi yang digunakan oleh Piaget di sini adalah berupa tindakan-tindakan kognitif, seperti mengklasifikasikan sekelompok objek (classifying), menata letak benda-benda menurut urutan tertentu (seriation), dan membilang (counting), (mairer, 1978 :24). Pada tahap ini pemikiran anak lebih banyak berdasarkan pada pengalaman konkrit daripada pemikiran logis, sehingga jika ia melihat objek-ojek yang kelihatannya berbeda, maka ia mengatakanya berbeda pula. Pada tahap ini anak masih berada pada tahap pra operasional belum memahami konsep kekekalan (conservation), yaitu kekekalan panjang, kekekalan materi, luas, dll. Selain dari itu, cirri-ciri anak pada tahap ini belum memahami dan belum dapat memikirkan dua aspek atau lebih secara bersamaan.

c.       Tahap Operasi Konkrit (Concrete Operational Stage)
Anak-anak yang berada pada tahap ini umumnya sudah berada di Sekolah Dasar, dan pada umumnya anak-anak pada tahap ini telah memahami operasi logis dengan bantuan benda-benda konkrit. Kemampuan ini terwujud dalam memahami konsep kekekalan, kemampuan untuk mengklasifikasikan dan serasi, mampu memandang suatu objek dari sudut pandang yang berbeda secara objek.
Anak pada tahap ini sudah cukup matang untuk menggunakan pemikiran logika, tetapi hanya objek fisik yang ada saat ini (karena itu disebut tahap operasional konkrit). Namun, tanpa objek fisik di hadapan mereka, anak-anak pada tahap ini masih mengalami kesulitan besar dalam menyelesaikan tugas-tugas logika.
Smith (1998) memberikan contoh. Anak-anak diberi tiga boneka dengan warna rambut yang berlainan (Edith, Suzan, dan Lily), tidak mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi boneka yang berambut paling gelap. Namun, ketika diberi peranyaan, “Rambut Edith lebih terang daripada rambut Lily. Rambut siapakah yang paling gelap?” , anak-anak pada tahap operasional konkret mengalami kesulitan karena mereka belum mampu berpikir hanya dengan menggunakan lambang-lambang.

d.      Tahap Operasi Formal (Formal Operation Stage)
Tahap operasi formal ini adalah tahap akhir dari perkembangan konitif secara kualitatif. Anak pada tahap ini sudah mampu melakukan penalaran dengan menggunakan hal-hal yang abtrak dan menggunakan logika. Penggunaan benda-benda konkret tidak diperlukan lagi. Anak mampu bernalar tanpa harus berhadapan dengan dengan objek atau peristiwanya berlangsung. Penalaran terjadi dalam struktur kognitifnya telah mampu hanya dengan menggunakan simbol-simbol, ide-ide, astraksi dan generalisasi. Ia telah memiliki kemampuan-kemampuan untuk melakukan operasi-operasi yang menyatakan hubungan di antara hubungan-hubungan, memahami konsep promosi.
Sebagai contoh eksperimen Piaget berikut ini :
Seorang anak pada tahap ini dihadapkan pada gambar “pak Pendek” dan untaian klip (penjepit kertas) untuk mengukur tinggi “Pak Pendek” itu. Kemudian ditambahkan penjelasan dalam bentuk verbal bahwa “Pak Pendek” itu mempunyai teman “Pak Tinggi”. Lebih  lanjut dikatakan bahwa apabila diukur dengan batang korek api tinggi “ Pak Pendek”empat batang sedangkan tinggi “Pak Tinggi” enam batang korek api.
Berapakah tinggi “Pak Tinggi” bila diukur dengan klip?  Dalam memecahkan masalah diatas, anak harus memerlukan operasi terhadap operasi.

~ ~ ~ ~ ~